Cite This        Tampung        Export Record
Judul Mahar Cinta untuk Annisa / Muhammad Taufiq
Pengarang Muhammad Taufiq
EDISI Cet 1
Penerbitan Bintaro : Republikata, 2010
Deskripsi Fisik 192 ;13x21 cm
ISBN 978-979-3604-36-7
Subjek Novel/Sastra Islami
Abstrak "Menikahlah, maka kalian akan kaya..." Aku tersenyum mendengar penjelasan Kiai Faqih. Hatiku berdesir. Semacam ada hawa surga yang tiba-tiba menyelinap ke dalam relung hati. "Tapi mengapa kamu tiba-tiba berubah pikiran ingin menikah dengan Anisa?" Pertanyaan Kiai Faqih membuatku salah tingkah. Tiba-tiba sesosok tubuh muncul dari dalam rumah. Anisa membawa teh hangat untuk kami. Rasanya, jantungku berhenti sesaat melihat Anisa tersenyum di balik kerudung merahnya. Lalu kami sama-sama menunduk. Anisa meletakkan dua cangkir di atas meja. Beruntung sekali aku yang masih bisa mencuri pandang lewat meja kaca yang membentuk bayangan wajah ayu Anisa. "Anisa, ini adalah Fajar, putra Pak Yazid, yang Abi ceritakan kemarin." Subhanallah! Untuk pertama kalinya, Anisa menyapaku dengan senyum. Cepat-cepat aku mengendalikan perasaan dan mencoba tersenyum sesederhana mungkin. Meski aku malu sekali. Lalu kami saling menunduk sebelum akhirnya akhirnya Anisa kembali masuk ke dalam rumah. "Anisa, cantik kan?" kata Kiai Faqih meng
Bahasa Indonesia
Bentuk Karya Novel
Target Pembaca Umum
Lokasi Akses Online SMKN 46 Jakarta

 
No Barcode No. Panggil Akses Lokasi Ketersediaan
00000000565 813 MUH m Dapat dipinjam FOURTY SIX LIBRARY - Ruang Baca Umum Tersedia
Tag Ind1 Ind2 Isi
001 INLIS000000000000311
005 20231017111130
007 ta
008 231017################g##########f#ind##
020 # # $a 978-979-3604-36-7
035 # # $a 0010-1023000265
082 # # $a 813
084 # # $a 813 MUH m
100 0 # $a Muhammad Taufiq
245 1 # $a Mahar Cinta untuk Annisa /$c Muhammad Taufiq
250 # # $a Cet 1
260 # # $a Bintaro :$b Republikata,$c 2010
300 # # $a 192 ; $c 13x21 cm
520 # # $a "Menikahlah, maka kalian akan kaya..." Aku tersenyum mendengar penjelasan Kiai Faqih. Hatiku berdesir. Semacam ada hawa surga yang tiba-tiba menyelinap ke dalam relung hati. "Tapi mengapa kamu tiba-tiba berubah pikiran ingin menikah dengan Anisa?" Pertanyaan Kiai Faqih membuatku salah tingkah. Tiba-tiba sesosok tubuh muncul dari dalam rumah. Anisa membawa teh hangat untuk kami. Rasanya, jantungku berhenti sesaat melihat Anisa tersenyum di balik kerudung merahnya. Lalu kami sama-sama menunduk. Anisa meletakkan dua cangkir di atas meja. Beruntung sekali aku yang masih bisa mencuri pandang lewat meja kaca yang membentuk bayangan wajah ayu Anisa. "Anisa, ini adalah Fajar, putra Pak Yazid, yang Abi ceritakan kemarin." Subhanallah! Untuk pertama kalinya, Anisa menyapaku dengan senyum. Cepat-cepat aku mengendalikan perasaan dan mencoba tersenyum sesederhana mungkin. Meski aku malu sekali. Lalu kami saling menunduk sebelum akhirnya akhirnya Anisa kembali masuk ke dalam rumah. "Anisa, cantik kan?" kata Kiai Faqih menggoda seraya terkekeh, "Tapi aku tak ingin kamu menikahi Anisa karena kecantikannya. Aku ingin kamu menikahi Anisa dengan tulus karena Allah. Anisa ingin melihat keseriusanmu. la sempat kecewa karena penolakanmu kemarin. Untuk itu, Anisa meminta, jika kamu serius ingin menikah dengan Anisa, maka kamu harus melakukan satu hal sebelum Anisa menerimamu menjadi suaminya. Apa kamu mau melakukannya?" "Saya harus melakukan apa,Kiai? Kiai Faqih menghela napasnya. Lalu terdiam beberapa saat. "Anisa ingin agar kamu melakukan mabit di Masjid Jami' Cukir. I'tikaf-lah di dalam masjid selama tiga malam berturut-turut, mulai ba'da Maghrib hingga Subuh. Dan jangan keluar masjid selama i'tikaf. Tentu saja, siang hari kamu boleh melakukan aktivitas seperti biasanya. Allah Maha Mengetahui apa yang kita kerjakan.Apa kamu bersedia, Jar?" Aku terdiam. Aneh. Anisa memintaku untuk mabit di Masjid Jami' Cukir. Ah, apapun itu, aku akan memenuhi permintaannya. Insya Allah tak sulit i'tikaf selama tiga malam berturut di masjid tanpa keluar masjid sekalipun? Ini ujian ataukah semacam pembalasan dendam karena kemarin aku sempat menolak menikah dengannya? Namun kini aku benar-benar mencintai Anisa? Fajar terus bertanya- tanya dalam hati. Ada kegamangan apakah ia bisa memenuhi permintaan Anisa yang menurutnya aneh-aneh itu. Kuatkah ia i'tikaf di dalam masjid tiga hari berturut-turut tanpa keluar masjid itu? Entahlah, waktu yang akan menjawabnya.
650 # 4 $a Novel/Sastra Islami
856 # # $a SMKN 46 Jakarta
990 # # $a 202200617
Content Unduh katalog